Tradisi budaya masyarakat di suatu daerah sering kali menjadi cerminan dari rasa syukur dan penghormatan terhadap alam. Salah satu contoh yang menarik adalah perayaan yang dilakukan oleh warga Lembur Sawah, yang dikenal dengan nama Sidekah Bumi atau Seren Taun. Acara ini melibatkan seluruh masyarakat dan merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
Perayaan ini juga menjadi momen penghubung antarwarga, di mana semua orang berpartisipasi dengan membawa hasil bumi dan makanan olahan. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa tradisi ini tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah modernitas dan perubahan zaman?
Sejarah dan Makna Sidekah Bumi
Sidekah Bumi telah dilaksanakan sejak abad ke-17, tepatnya sekitar tahun 1601 Masehi. Menurut ketua panitia penyelenggara, Ahmad Jaelani, tradisi ini tidak hanya sekadar ritual tahunan, tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat. Dengan membawa hasil bumi dan makanan olahan, warga menyatakan rasa syukur mereka atas kesuburan tanah yang diolah dengan baik.
Data menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam acara ini semakin meningkat. Dari dulunya hanya dihadiri warga sekitar, kini Sidekah Bumi menarik perhatian masyarakat luas, bahkan menjadi daya tarik bagi pengunjung luar daerah. Hal ini tentu menunjukkan bahwa acara ini telah bertransformasi menjadi festival yang tidak hanya bernuansa spiritual, tetapi juga kultural.
Keterlibatan Masyarakat dan Upaya Pelestarian Tradisi
Dalam setiap pelaksanaannya, acara ini melibatkan seluruh elemen masyarakat. Tahun ini, sebanyak 19 dongdang dibawa oleh warga dari seluruh RT/RW di Kelurahan Mulyaharja. Keberadaan dongdang ini menjadi simbol dari hasil pertanian yang bisa dinikmati oleh seluruh warga. Upaya untuk mengemas acara ini dengan penampilan seni tradisi, tari, serta wayang, menciptakan suasana yang riuh serta menarik bagi pengunjung.
Festival jajanan lembur juga menjadi highlight dari acara ini, di mana masyarakat dapat menikmati berbagai makanan tradisional yang diolah dengan bahan dari hasil pertanian lokal. Konsep unik menggunakan koin dari batok kelapa sebagai alat transaksi menambah daya tarik tersendiri dan menciptakan pengalaman yang berbeda bagi para pengunjung.
Wali Kota juga mencermati buka bersama ini sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai budaya serta menjaga kelestarian alam. Pengingat Pak Wali Kota bahwa kebersihan dan penghormatan terhadap lingkungan sangatlah penting, sangat relevan dalam konteks saat ini. Diharapkan, semangat ini tidak hanya berlangsung dalam acara tahunan saja, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan segala keunikan dan keasliannya, Sidekah Bumi tidak hanya menjadi sekadar ritual, tetapi juga sebagai platform untuk mempromosikan potensi ekonomi daerah. Dengan meningkatnya pengunjung yang datang, diharapkan mampu menyediakan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal, menjaga keberlanjutan tradisi sambil sekaligus meningkatkan kesejahteraan.