Menag Nasaruddin Umar bersama siswa siswi MAN 4, Senin (14/7/25). (Dok Kemenag)
Nasional – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar hadir dalam pembukaan Masa Taaruf Siswa Madrasah (Matsama) 2025. Matsama berlangsung serentak di madrasah seluruh Indonesia dan pembukanya dipusatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta.
Dalam kesempatan ini, Menag Nasaruddin mengungkapkan rasa bangganya terhadap kemajuan kualitas pendidikan di madrasah. Ia juga berbagi pengalaman pribadi bahwa semua anaknya merupakan lulusan MAN 4 dan kini telah menjadi dokter, dengan salah satunya melanjutkan studi ke Australia dan Institut Teknologi Bandung.
Pernyataan Menag ini mempertegas bahwa madrasah memiliki kemampuan untuk mencetak generasi unggul di segala aspek, baik dunia maupun akhirat. “Ketiga anak saya belajar di sini dan semuanya menjadi dokter. Satu di antaranya kuliah di ITB dan lanjut ke Australia dengan beasiswa. Ini menjadi bukti bahwa madrasah mampu bersaing dan bahkan unggul,” ujarnya di MAN 4 Jakarta pada Senin (14/7/2025).
Dalam acara tersebut, hadir pula Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Sesditjen Pendidikan Islam Arskal Salim, serta pejabat dan ratusan siswa madrasah di MAN 4 Jakarta yang mengikuti secara langsung, ditambah dengan ribuan siswa yang berpartisipasi secara daring dari berbagai daerah.
Menag menegaskan perlunya mengubah pandangan masyarakat bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan biasa. Madrasah memiliki tanggung jawab untuk mendidik siswa menjadi individu yang arif, bukan sekadar cerdas secara akademis.
Menag juga menyampaikan sebuah kisah moral yang menggugah tentang kejujuran Syekh Abdul Qadir Jailani yang menyentuh hati seorang perampok di padang pasir. Ia juga menceritakan pengalaman seorang anak yang tidak tahu cara beribadah dan membedakan yang benar dari yang salah.
“Anak tersebut mengaku tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya mengenai shalat dan puasa. Akhirnya, orang tuanya pun memiliki dampak negatif akibat kelalaian dalam mendidik anaknya,” jelas Menag saat menceritakan kisah tersebut.
Menurut Menag Nasaruddin, ada perbedaan mendasar antara ‘murid’ di madrasah dan ‘siswa’ di sekolah umum. Dalam konteks Tasawuf, ‘murid’ berarti individu yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu Allah.
“Murid adalah padanannya dengan mursyid, yaitu pembimbing spiritual. Semua mursyid adalah guru, tetapi tidak semua guru mampu menjadi mursyid. Oleh karena itu, madrasah mengajarkan lebih dari sekadar kurikulum akademis; mereka juga menanamkan nilai dan jiwa,” tegasnya.
Menag juga menekankan pentingnya pengembangan aspek spiritual dan metodologis bagi para guru madrasah. Dalam pandangannya, seorang guru ibarat gergaji yang harus selalu diasah agar tetap tajam dalam menyampaikan ilmu kepada siswa.
“Jika seorang guru tidak pernah diasah, maka kemampuannya akan tumpul. Seperti gergaji yang tidak terawat, akan sulit untuk memotong, walaupun kayunya lunak,” tambahnya. Hal ini menjadi pengingat bahwa ilmu harus terus diperbaharui dan dikembangkan untuk menghasilkan siswa yang berkualitas.
Dengan pengalaman yang memadai dan pengajaran yang komprehensif, madrasah diharapkan bisa menjadi salah satu pilar pendidikan yang diakui dan dihargai. Keberadaan madrasah perlu terus didukung untuk mencetak generasi yang unggul di masa depan.
Dalam penutupan, Menag menyerukan agar semua pihak, terutama orang tua dan masyarakat, semakin memperhatikan pendidikan agama dan nilai moral dalam mendidik anak-anak. Dengan cara ini, diharapkan kita bisa memiliki generasi yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik, tetapi juga memiliki integritas dan karakter yang kuat.